Puncak Kenikmatan di Bukit Padar
Rumput di KabupatenManggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), berwarna kekuningan kalu musim hujan datang. Dan yang saya lihat ketika berkunjung Agustus lalu adalah bukit yang menguning.
SETELAH menarat di Bandara Labuan Bajo, saya menginap di salah satu hotel di wilayah Kampung Air. Ibu kota Manggarai Barat itu tidak tergolong besar. Jalan umummnya pun dibuat satu arah sehingga dalam sehari kita bisa keliling wilayah tersebut.
Ada hal yang menurut saya menarik. Di sana, jalan, restoran dan hotel menghadap ke barat sehinga bagus untuk melhat sunset. nah, kalu mau lihat sunrise, kita bisa bermotor 15-20 menit ke arah Bukt Weacicu
Perjalanan saya kali ini dilakukan dalam rangka urusan pekerjaan. Jadi, tidak semewah isatawan lain yang menyewa kapal untuk mengujungi beberapa destinasi di Taman Nasional Komodo (TNK). Tapi, jangan salah. Pengalaman perjalanan kami justr memberikan gambran sisi lain tempat yang masuk tujuh keajaiban dunia itu.
Hari kedua, kam melanjutkan perjalanan ke Desa di Palu Rinci. Kami ikut kapal rotasi staf TNK yang akan berjaga di pos-pos pulau tersebut. Biasanya, tiap, pada minggu pertama dilakukan pergantian penjaga.
Setiba di dermaga Desa Rinca, kami disambut sinyal handphone yang hanya satu bar,Kadang malah hilang. Tapi masih untung sapat snyal meski enggak montok. Itu sudah sangat lumayan jika dibandingankan dengan di perkampunganya, yang tak ada sinyal sama sekali. Karena itu, dermaga di Desa Rinci tersebut akan penuh muda-mudi pada malam hari buat apa? Tentu saja mereka mencari sinyal handphone untuk kengen-kangenan dengan pacar masing-masing di pulau lain he he...
Oh iya, komodo di pualu komodo itu sendiri. Susah banyak kasus komodo yang masuk perkampungan. Untung, saat ini sudah ada pagar besi yang mengelilingi desa itu. Walaupun belum menutup semua akses komodo ke wilayah desa, kondisi terebut lebih baik.
Kata warga setempat pada zaman dahulu interaksi dengan komodo ridak sesering saat ini. Mungkin itu terjadi karen perumhan kini meluas ke pedalman. Dengan begiu wilayah jelajah komodo di pulau tersebut berkurang. Sebab, wilayah jelajah mereka mulai dipakai untuk perumahan juga.
Mayoritas penduduk desa itu adalah nelayan dan penyuplai ikan di Laabuan Bajo. Saat ini penduduk bersyukur karena sudah mendapatkan titik-titik mata air di sekitar rumah. Jadi, mereka tidak perlu berjalan jauh ke luar desa hanya untuk mengambil air. Yang belum terseia adlah listrik.
Oh iya, selama berada di Desa Rimca, saya tinggal di rumah warga. manya Pak Mustamin. nah, dia memiliki usaha penyediaan listrik di sana. Bermodal mesin genset, dia memnyalurkan listrik ke rumah-rumah dengan biaya Rp 3500 per hari (untuk lampu saja) dan Rp 5000 per hari (Jika punya televisi)
Dari desa Rinci, kami melajutkan perjalanan ke Desa Komodo i Pulau Komodo. Di desa Komodo, sebagian besar warga bekerja sebagai. Tidak heran, harga ikan di desa itu lebih tinggi dari pada di Labuan Bajo.
Kata warga setempat, ke komodo belum afdal kalau belim ke bUkit Padar. Saya penasaran juga. Setelah urusan pekerjaan selesai, saya dan teman akhirnya menyewa kapl nelayan untuk pergi ke sana. Haru diakui arus perairan itu sangat kencang. Berkali-kali kapal kecil kami melewati ceah sempit bebatuan hingga tiba di balik Pulau Padar.
Untuk menuju Bukit Padr, dari pantai, kami cukup megikuti jejak jalan setapak. gari finisnya berupa bendera Indonesia. Itu patokan bahwa kami sudag sampai di puncak. Terlihat dekah sih. Tapi ketika kami mulai menanjak di siang hari, serasa keringat tak habis-habis.
Sekitar satu jam menanjak, tibalah kami di Puncak Bukit Padar. Rasa lelah pun terbayar dengan pemandangan yang indah dari ats bukit. Kami meliaht tiga telluk sekaligusm dari bukit tersebut. Terlihat kontras karena rumputnya yang menguning. Kenikmatan perjalanan kami mencapai puncaknya di bukit itu.
Setelah dua hari di Desa Komodo, kami kembalim ke labiuan bajo. Tapi, karena kapal penumpang rusak, kami diantar nelayan ke tempat wisata komodo. Di sana, kami mendapatkan tumpangan balik ke ALabuan Bajo oleh kawasan dai Kupang yang baik hati.(*/c11/jan)
Jawa Pos
Jum'at 2 Oktober 2015
Komentar
Posting Komentar