Menjadi Beradab atau Malu
Pantai 3 warna layak dibilang istimewa. Punya keindahan alam, itu jelas. Tapi, ada satu hal yang mungkin tak dimiliki pantai lain. aturan ketat tentang sampah. Tak mau menaati? Sanksi tegas menanti.DATANG ke pnatai 3 Warna, Sebermanjing Wetan, Kabupaten Malang, pengunjuing akan dipaksa menjadi berdab. Pengelola temp[at wisata yang baru dibuka sekitar 9 bulan silam itu tidak akan memberikan toleransi bagi sipa pun yang tak punya iktikad kelestarian alam.
Untuk menikmatiserpihan surga di Desa Tambakrejo tersebut, pengunjung harus punya rasa kepatuhan setidaknya selevel orang Singapura. Atas berbudaya malu sekurang-kuranya seperti Jepang. Ini tentang masalah klasik di banyak tempat wisata alam negeri ini. Sampah dan pengunjung yang semrawut. Pengurus paguyuban Bhakti Alam Sendang Biru tak mau bertoleransi dengan meraka.
Dimulai sejak tahap reservasi. Pesanlah tempat dulu minimal sehari sebelumnya untuk memastikan masih adakah sisa kuota pungunjung untuk anda. Pengelola hanya menyedikan slot 100 umpel-umpelan Mas, malah nggak bisa menikmati nanti," terang Mochhammad Sofii, salah seorang guide di sana. Luberan pengunjung di akhir pekan atau hari libur tak bakal ditemuai disana.
Jika kuota 100 orang terpenuhi tetapi masih asa penh=gunjung yang datang mereka harus bersabar, juga berharap-harap cemas. Berharap ada pengunjung yang antre dengan jumlah sama baru bisa masuk. Begitu seterusnya.
Begitu pengunjung tiba di pos pengecekan, salah ditanya soal reservasi, tas bawaan harus melewati tahap screening. Semua barang yang berpotensi menjadi sampah tak teruraikan akan dicatat jumlahnyna, terutama plastik, botol, dan maknan kemasan lainnya.
Semua barang itu akan diinventarisasi dalm senuah form, baik jenis mauppoun jumlahnya. Begitu nanti pengunjung keluar untuk pulang. Petugas kan mengecek ulang barang-barang tersebut. Jumlah dan jensinya harus sama dengan yang tetrtulis di form. Hilang satu saja pengunjung akan dimita kembali masuk ke lokasi pantai untuk mencarinya. "Kalu tidak ketemu, kami denda Rp100 ribu," kata Martha Fitri Yuliana, petugas jaga, saat memeriksa tas para pengunujjung. Sudah seperti di singapura bukan? Buang sampah sembarangan, denda!.
Hanya, selama ini sanksi denda belum pernah dijatuhkan. Karena memang tidak ada yang rela membuang Rp 100 ribu hanya untuk "Masalah remeh" seperti itu. Mereka memilih hukuman sosial, mengambil sampah mereka sendiri. "Sudah bnyak yang kami minta memunguti psampah tau puntung rokok di sekitar pantai karena samapah mereka sendiri ada yang hilang," terang Sofii.
Tentu saja pengujung akan malu dihukum di depan banyak orang. Yang sati ini membangun budaya malu ala orang Jepang. Di Negeri Sakkura itu, banyak orang yang rela mengnantre hanya untuk membuang sampah samapah pada tempatnya.
Tidak hanya tegas dalam penindakan, pengelola juga memberikan panutan langsung melalui guide. Setiap kali bertugas, meraka di bekali kantong sampah yang diselmpangkan di pun dak mirip tas. Ada yang tertbuat dari pipa paralon, ada pula yang dari batang bambu. Di sepanjang jalan, jika menemukan samaph, meraka akan memungut dan memasukannya ke kantong itu. "Sejak September ini, setiap kamis 3 Warna tutup tidak menerima tamu karena kami kerja bakti membersihkan pantai," ucap sofii.
Bagi pengujung yang menginap atau berkemah, merka juga dilarang membuat api unggung. Juga, jangan coba-coba membawa minuman keras 3 warna karena usah pasti saksinya diusir dan minuman itu disita.(cak/c17/any)
Jawa Pos
Senin 21 September 2015
Komentar
Posting Komentar