Langsung ke konten utama

Mengunjungi Alor, Nusa Tenggara Timur

Saujana, Laut Bening, dan Bukit Hijau

Kawasan timur Indonesia tidak henti hentinya mengeluarkan daya pikat. Lautnya yang bening, pasirnya yang lembut, serta warganya yang ramah, semua membuat perjalanan menjadi komplet.

DUA pekan lalu, saya mengunjungi Alor, salah satu kabupaten di wilayah Indonesia Timur yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya. namun, karena nyali saya tidak lebih besar dari kelereng, saya skip acara diving. Padahal menurut beberapa orang yang saya temui, spot diving di Pulau Pura, Pulau Kepa, dan Pulau Pantar bakal memuat orang terpesona denan keindahan jejeran terumbu karang serta ragam ikanya.

Sebagai gantinya, saya beach hopping alias berkeliling dari satu pantai ke pantai lainnya. Hanya di Pulau Alor. Saya tidak berani menyebrangi ke pulau lain karena saya takut naik perahu kecil.

Anyway, pantai-pantai di alor cukup membuat saya bahagia karena pemandangannya yang menabjubkan. Apalagi udaranya terasa bersih dan segar. yang paling penting sepi. jadi saya berasa menjadi horang kayah karena punya pantai pribadi.
Setip pantai memiliki ciri khas sendiri. Pantai Mali  di dekat Bandara Mali kurang begtu saya suka. Disana ada deretan batu pemecah ombak yang menurut saya kurang sedap dipandang. Tetapi itiu penting buat keamanan pengunjun. Pantai mali mulai dikelola pemerintah setempat karena ada tempat bersantai permanen serta permainan anak-anak semua gratis.

Ada juga Pantai Batu Putih yng terletak di Desa Alila, Kecamatan Kabola. Untuk mencapainya, pengunjung harus naik turun bukit, Bisa menggunakan mobil dan motor," Bikin perut jadi geli," begitu kata Jhener, keponakan saya yang tinggal di Alor.

Dalam perjalanan menuju Pantai Batu Putih, ada satu titik yang membuat kita biasa berhent, lalu melongok kebawah. Akan ada pemandangan Bandara Mali yang berselebahan dengan laut lepas.

Saat bermain ke pantai, saya sangat jarang, ralat hampir tidak pernah bertemu dengan wisatawan dari kota atau negeri lain. Yang paling banyak tenti orang lokal. Terutama yang tinggal di dekat pantai. Misalnya, ketiksa saya mengunjungi Pantau Buiko. Belasan anak-anak setempat asyik bermain air. Sementara itu, beberapa pria dewasa sibuk memperbaiki perahu jmukung yang biasanya mereka gunakan untuk memncari ikan.

Yang jadi favorit saya adalah pantai sebanjar, Desa Alor Besar. Saat kita berenang di tepi pantai, selain air yang bening, tampak deretan Pulau Ternate, Pura dan Kepa. Dari kejauhan, tapi pantai berwarna kemerahan. Ketika didekati, ada remehan semacam terumbu karang berwarna merah. Perairan di panatai sebanjar cukup tenang. Jadi saya bisa berenangh tanpa khawatir.

Untuk menmemukan pantai-pantai tersebut. cukup tricky. Sebab jalan masuknya tidak dilengkapi gerbang atau papan pengumuman. Kalau kita menggunakan pemandu, merekalah yang menjunjukkan aksesnya. Tidak ada tiket masuk. Mungkin kita hanya menyewa tempat duduk yang disediakan warga. Sebenarnya bukan sewa sih karena kita cukup membeli jagaung muda atau kelapa muda yang mereka tawarkan.(*/c15/dos)

Moko dan Tenun Ikat  

 SELAIN wisata pantai, Alor juga punya budaya yang cukup menarik untuk dinikmati Misalnya saja Al Quran tua di Alor Besar. Kitab suci umat islam yang dimiiki Nurdin Gogo, salah satu warga setempat, diklaim berusia ratusan tahun. Lembran Al Quran yang di bawa ke Alor dan Ternateitu terbuat dari kulit kayu. Saat disentuh, seperti ada lapisan lilin yang menyelimutinya.

Lalu ada juga moko. Benda yang menjadi ciri khas Alor tersebut sebenarnya alat musik. Tapi juga dipakai sebagai belis atau mahar kawin. Semakin tinggi status sosial perempuan tersebut, maka jumlah moko yang diserahkan lebih banyak. Saya sempat bertemu dengan Hj Makbul Kossah, salah satu warga Alor kecil yang menyimpan lima moko, sisa dari 100 moko yang diterima neneknya saat dilamar.

Yang juga tak bisa ditinggalkan saat ke Alor melihat pembuatan tenun ikat. Dinamakan tenun ikat karena benang diikitat dengan tali rafia untuk membentuk motif sebelum dicelupkan ke pewarna. Baru setelah itu benang diotenun. Mirip-mirip dengan pembuatan kain jumputan. Melihat prosesnya yang rumit, tak heran jika harganya lumyan mahal.(*/dos)


Jawa Pos
Kamis, 26 Maret 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indahnya Hamparan Bunga Kebun Nursery Polije

Jujugan Florist, Tempat Asyik untuk Foto Prawedding JEMBER - Memasuki kawasan wisata Rembanganpara pengunjung langsung diajak menikmati kesegaran udara. embusan angin sepoi-sepoi an barisan pepohonan sepanjang jalan. Tak seperti wilayah Kota Jember yang panas dan aepi pepohonan, sejauh mata memndang jalan di kawasan ini terlindungi banyak pepehonan. Ada sebuah tempat yang berada tepat sebelum pintu masuk kawasan wisata Rembangan yang  memiliki hamparan kebun bunga dan tanaman hias dalam pot. Kebun itiu adalah poltek Nursery. Kawan kebun bunga dan tanaman hias yang sudah banyak dikenal sebagai salah satu pemasok bunga potong terbesar di Jember. Di kebun kurang lebih satu hektar ini terdapat berbgai macam bunga anggrek, krisan dan gerbera. Selailn itu, terdapat juga tanaman daun eksotis dalam pot yang sering dijadikan bahan rangkaian bunga dekorasi pernikahan. Aneka jenis bunga krisan dan anggrek itu bisa dibeli dengan harga Rp 7.500 hingga Rp 100 ribu. Tergantung jenis dan uk...

The Waroeng Batik Sumbersari Maesan

Pengunjung Sembari Belajar Membatik BUKAN hanya menyajikan kuliner tradisional yang berbeda, The waroeng Batik Sumbersari juga menyediakan suguhan yang cukup menrik bagi pengunjung. Puas kuliner, pengunjung bisa belajr batik. Mulai dari proses mencanting, pewarnaan hingga pengeringan. "Sebelum ada warung, memang awalnya sudah ada gerai batik Sumbersari. Jadi The warung dan batik menjadi satu tubuh," jelas Yuke Yuliantaries, Pengelola dan pemilik The Waroeng ini. sehingga masyarakt atau pengunjung yang datang dapat menikmati eduwisata batik.

Tawarkan Wisata Klasik Peninggalan Belanda

Air Kolam renang Alami dari Pegunungan DATANG ke Wisata Rembangan tidak lengkap rasanya jika tidak menikmati kolam renag yang disediakan. sebab, air tersebut merupakan aliran dari air pegunungan yang segar. Bukan air galian dengan cara bor. Bahkan, para pengunjung yang datang ada yang hanya untuk menikmati kolam Rembangan, selalu ramai dikunjungi. Meskipun bukan hari libur. Terutama di waktu sore hari. "Jadi di sini masih serba alami," kata Sugeng Riyadi, kepala bagian Tata Usaha Wisata rembangan.