Tak Patuh, Bisa Dimakan Buaya
Nama Pangkalan Bun, Kabupaten Katowaringin bbarat, Kalimantan Tengah, akhir-akhir ini sering disebut di media. Maklum, di Kabupaten itu, korban pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ8501 dievakuasi, kemudian diterbangkan ke Surabaya. Meski begitu, ada pemandanan lain yang tidak kalah indah di kabupaten tetrsebut.
TAMAN Nasional Tanjung Puting adalah tempat konservasi terbesar di dunia. Lokasi itu memiliki luas 4155.050 hetar dengan medan sungai dan hutan. taman tersebut sudah ditetapkan sebagaui suaka margasatwapada zaman penjajahan belanda.
Sedikitnya 40 ribu orang utan hidup bebas di hutan tersebu, Namun, bebas tiak berarti mereka hnya ada di hutan dan tidak bisa dilihat pengunujung. Siapa saja bisa berkunjung dan minimkamti tantangan sekaligus keindahan di taman nasional itu.
Dari dermaga wisata Taman Nasional Tanjung Puting, perjalanan dimulai. pengunjung akan menuju ke kawasan hutan di seberang pelabuhan tersebut. Sebelumnya ada pintu masuk dengan patung monyet di pesisir sungi itu. Di situlah kapal mengarah ke sungai Seonyer. Sungai tersebut merupakan jalan menuju ke Taman Nasional Tanjung puting.
Selama menuyusuri sungai pengunjung akan melihat rambu lalu lintas. Ya, sungai itu ibarat jalan raya. Tanpa tanda rambu, dikhawatirkan terjadi tabrakanantarkapal. maklum. meski sungai, jalaur lalu lintasnya cukup padat.
Jangan pernah memngunjungi Taman Nasional Tanjung Pitung tanpa didampingi pemandu. Sebab, banyak aturan tidak tertulis yang harus ditaati. Misalnya dilarang mandin an asal mengeluarkan anggota badan ke arah sungai. Anang fahmi, pemandu setempat menceritakan kisah wisatawan asing yang mandi di sungai tersebut. Dia dimangsa buaya dan dibawa lari ke rawa.
Penjelajahan hutan belantara berlanjut. Hutan semakin lebat, suasana juga semakin sepi. Kicauan burung dan seseklai suara monyet terdengar di sepanjnag perjalanan.
Pagi Monyet, Siang orang Utan
Berkunjung ke taman nasional Tanjung puting harus menyesuaikan waktu. Patoknya adalah waktu makan binatang yang hendak dilihat. Monyet di camp leaky biasanya dapat dilihat pukul 08.00-10.00 "pada waktu itu, mereka keluar mencari makan" kata Anang Fahmi, sang pemandu.
Ada yang mengungkapkan, perjalanan ideal ke tamnm Nasioanl Tanjung Puting Adalah juli hingga September. Memang benar, kala itu memasuki musim kemarau. jarang ada buah di tengah hutan. Moyet pun cenderung mencari makan di luar hutan.
Sebaliknya, pada musim buah, monyet akan mencarai makan di hutan. Jarang ada yang eluar. Suasana tersebut terbukti, wisatawan lebih dari 30 menit menunggu di tempat iru. beberapa pemandu berusaha berteriak layaknya tarzan. Mereka memanggil monyet untuk keluar dan makan pisang yang sudah disediakan.
Menjelang siang, perjalanan berlanjut ke kamp orang utan. jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari camp leaky. Perjalanan juga ditempuh melalui sunga Sokenyor. Di sepanjang perjalanan, banyak bekatan yang bergelantungan di tepi sunga. Mereka mencari daun untuk dimakan. Biasanya , hewan lain seperti tupai, babi, dan buaya ikut muncul.
Tidak lebih dari 15 menit, kami sampai ke kamp orang utan. Selain dermaga, di sana ada tempat peristiratan semacam gazebo di pintu masuk. Wisatawan biasa memanfaatkan gazebo untuk makan siang. Biasanya, di gazebo itu pula orang utan datang. Terbukti, pukul 12:30 orang utan datang berjalan mealui jogging track di area kamp. Ia bernama siwi. Ia merupkan ratu di antara 40 ribu orang utan di hutan tersebut.
Kamp orang utan adalh tempat terakhir wisata Taman Nasional Tanjng Puting. Selesai dari kamp itu, pengunjung kembali ke dermagawisata pelabuhan kumai. Perjalnan yang cukup jauh dengan banyak pemandangan yang bisa dijadkan cerita.(*/c15/dos)
Jawa Pos
Kamis 12 Februari 2015
Komentar
Posting Komentar