Gua Mahakarya hingga Syariah
Salah satunya adalah Gua Mahakarya. Letaknya tak jauh dari Tebing Batu Canggah. Gua itu baru ditemukan warga setempat akhir tahun lalu.
Posisinya di tengah ladang penduduk di Desa Banraas. Setelah mengetahui luas dan keindahan di dalam gua warga mengeprasi pepohonan untuk membuat akses ke tempat itu untuk membuat akses ke tempat itu indah. Hampir selutuh stalaktit dan stalagmitnya masih masih hidup. Semua teori tentang pembentukan batu tets (dripstone) yang menggantung dari atap gua dan dari dasarnya menemukan jawabnya di sini. Air menetes dengan kandungan mineral sekunder dari ujung stalaktit, menimpa tanah di dasar gua, kemudian mengeras dan menjadi batu. Banyak stalakmit yang baru tumbuh. Rupanya putih bersih dan berkilauan.
Yang sudah puluhan atau ratusan terbentuk juga berjibun. Sepanjang 400 meter bentangan gua, batu-batu serupa manusia dan hewan menjadi suguhan. Ada yang mirip pengantin di atas oelaminan, lalu singa sedang duduk, sekeluarga sedang berdiri , atau rajawali sedang merentangkan sayap. Gua Mahakarya adalah yang terbesar di antara gua-gua lain.
"Gua ini dulu bernama Gua Celeng. Setelah dikembangkan kepala desa dan warga setempat, namanya diganti," papar juru kunci gua Abdullah. Soal nama Gua Celeng, sebenernya ada sejarahnya ada sejarahnya. Di dalam gua, memang ada batu seperti pantat celeng yang batang pepohonan.
Di bagian lain, Abdullah tiba-tiba mengambil batu, lalu mengetuk-ngetuknya di antara deretan stalaktit yang berbentuk pipiuh. Irama musik perkusi kemudian muncul dari sana. Setiap pipihan stalaktit mengeluarkan nada yang berbeda-benar. Batu-batu itu juga memancarkan sinar yang gemerlapan di tengah gelap.
Ada beberapa lubang menganga di atas gua yang membantu sinar matahari menyeruak ke dalamnya. "Tapi, pas hujan, airnya tidak masuk ke dalam. Tidak ada genangan air sama sekali," kata Suhri dari kelompok sadar wisata Gili Iyang. Lubang itu pula yang membagi suhu di dua ruang gua yang terpisah, yang terlotak belakang satu dengan lainnya. Panas dan sejuk.
Lainnya adalah Gua Air. Di dalamnya, terdapat mata air tawar, meski lokasinya di pinggir pantai. Kemudian, ada Gua Syariah yang biasanya didatangi para remaja gili untuk ngabuburit saat Ramadhan. Berikutnya adalah Gua Petapa Kelompang yang konon kerap digunakan para leluhur untuk bertapa.
Setelah seharian mengeksplorasi seluruh pulau, sorenya bergegaslah mencari tempat nyaman di bagian barat pulau. Pastikan baterai kamera masih tersisa. Sebab, di sanasudah menunggu pemandangan sunset yang selalu indah. Sayang kalau melewatkannya. (cak/c11/any)
Komentar
Posting Komentar