Tiga Pantai Plus Satu Air Terjun
Pertanyaan jamak untuk menentukan tujuan wisata liburan adalah: lebih suka ke gunung atau ke pantai? Tak perlu bingung bila anggota rombongan punya selera berbeda. Pergilah ke sebelah selatan
Kabupaten Malang, Jawa Timur, anda akan mendapatkan keduanya.
BEGITU membuka mobil dan menjelak pasir Pntai Lenggoksono, angin yang membawa udara hangat menyeruak. Kulit dan rambut langsung terasa lengket ditetrpanya. Lagu regge kopi hitam yang dinyanyikan grup band Momonon yang diputar keras-keras oleh salah satu warung tepi pantai makin melengkapi suasana.
Saya memandang lautan yang sisinya masih terhampar pegunungn sambil menghela naps. Akhirnya, rombongan samapi juga setelah menyusuri jalan pegunungan yang yang berkelok-kelok selama lebih dari 2 jam. Duduk dulu di warung sembari menikmati segarnya kelapa muda adalah pilihan terbaik.
Saya disambut salah seorang perintis Wisata Bowele, Mukhlis 36. Bowele adalh singkatan tiga pantai utama di area ini. Yakni Bolu-bolu, Wedi Awu, Lenggoksono. Asyik seklai mengobrol bagaimana dulu mereka bersama Jawa Pos Radar Malang menggali potensi wisata di area itu sejak 2012 hingga dibuka pada 2014.
Alam menyediakan banyak sekali spot menarik. Saya sangat antusias (sekaligus bingung) menyusun agenda perjalanan karena hanya punya waktu 5 menit di sana.
"Kalian bruntung, laut pasanganya baru saja selesai kemarin. Jadi, hari ini kita bisa wisata ke semua lokasi," kata Muchlis. saat air laut pasang, wisatawan memang harus puas menikmati Pantai Lenggoksono saja.
Bisa sih lokasi lain lewat jalan darat yang berliku. Tapi itu butuh waktu lebih dari 30 menit naik motor, tidak termasuk jalan kaki. Pokonya susah. Oke, artinya kesempatan ini tidak boleh disiasiakan. Rombongan ber gegas saja memulai Bowele Trip yang tergolong kilat tersebut.
Berangkat pukul 11:00 dari pantai Lenggoksono saya menuju pantai Bolu-Bolu startnya cukup gahar kerena omboknya tinggi. Pantai ini memang cocok untuk surfing. Di perjalanan, saya sempat melihat ikan dengan ukuran sangat besar berenang dengan sesekali muncul ke permukaan. "Hiu paus itu, Mbak. Bisanya ada lumba-lumba juga," jelas muchlis tanpa diminta. Selanjutnya, kerumunan ikan pari tampak di sisi kanan kapal.
Rupanya, perairan ini kaya sekali akan ikan. Di tengah lautan, Anda bisa dengan mudah menagkap berbagai macam ikan. Bahkan di sisi tebing pun, anda bisa memancing. Pantas saja dari jauh saya melihat para pemancing tebing sibuk mengangkat hasil pancingannya. Sekitar 15 menit berlalu, panatai Bolu-Bolu sudah berada di depan mata. Kini saya akan membahas per satu spot yang kami datangi.
Pantai Wedi Awu
Dari Teluk Kletheken ke Wedi Awu, perjalanannya cukup panjang. Disanalah ombak terbaik kawasan Bowele berada. "faforit para surver profesional," jelas salah seorang awak kapal. Di dekat pantai ini jugalah ada gua-gua lobster yang tertutup bagi wisatawan. Itu adalh Marine Protected Area yang hanya boleh didatengi peneliti.Namun, saat itu saya hanya mendapatkan ceritanya, Ombak terlalu tinggi, jadi ssaya putuskan ke Wedi Awu naik motor saja. Dan benar saja, di sana banyak surfer. Ombaknya lebih bersahabat untuk para surver. Tingginya mencapai 3 meter.(*)
Bersantai Bersantai di Pantai Bolu-Bolu
SAAT air pasang pantai ini akan tertutup air seluruhnya. Saat kami datang ke sana, yang tersisa sedikit sampah-sampah dari lautan. Namun, dengan cekatan penduduk langsung membersihkannya. Pantai landa ini punya pasir berwarna coklat muda. Banyak bebatuan disana menjadi sport narsis yang menarik. Dibatasi tebing dan pepohonan. Anda bisa mencari sport teduh untuk bisa bersantai membaca buku dan mendengarkan musik. Saya tahu anda pasti tak suka sunbhating yang bikin gosong, kan? karena ombaknya tergolong tenang, Anda bisa naik kano disi. Kata Muchilis, pantai Bolu-Bolu itu juga sport terbaik untuk melihat matahari terbit.(*)Teluk Klethekan-Air Terjun Banyu Anjlok
DIBANDING lautan, saya lebih mencintai pegunungan. Meski begitu,
tak mudah bagi saya merelakan kesempatan snorkelling di Teluk Klethekan
konon, di Teluk itu terhampar lebih dari sehektare terumbu karang
beserta biota laut lainnya. Kru kapal menceritakan hal yang indah-indah
di bawah sana, membuat hati makin getir. "Sayang lho, Mabak, Nggak
setiap hari bisa snorkelling karena tergantung cuaca dan air," kata
mereka membujuk.
Tapi, dengan berat hati, harus asya lewatkan karena waktu kami tak akan cukup. Saya tak ingin mengurangi waktu bermain di Banyu Anjlok. Begitu turun kapal, saya langsung menghambur untuk cuci muka di dinginnya air pegunangan. Saya rasa ini unik sekali. Di Bowele, kita bisa merasakan mandi dengan hangatnya air laut, kemudian disegarkan dengan dinginnya air pegunungan. Bonus dipijiti derasnya air terjun. Di JAwa Timur, air terjun yang bersebelahan dengan laut hanya ada empat.
Dan, inilah bagian kesukaan saya : memanjat tebing untuk mencapai bagian atas air terjun. Meski sudah disediakan tali untuk berpegangan, kemiringan tebing yang hampir 70 derajat membuat saya ngeri-ngeri sedap, haha. Tinggi air terjun itu hanya 12 meter. Sesampai di atas, ternyata ada kolam alami berupa cerukan yang menampung air dari air terjun yang lebih tinggi. Cukup dalam. Sebab, saya yang bertinggi 150cm ini tenggelam disana.
Menyusuri lebih tinggi lagi, ternyata ada warung yang di sebelahnya ada spot berkemah untuk 1-2 tenda. Semakin ke timur, ada spot-spot lagi untuk berkemah di pegunungan yang menghadap langsung ke arah pantai. Selesai mengeksplorasi, barulah saya berani berbasah-basahan di bawah air terjun dan menyusuri gua dibaliknya. Rasanya segar sekali! (*)
Jawa Pos
Jum'at 12 Juni 2015
Komentar
Posting Komentar